Desa Sumber
SEJARAH PERKAMPUNGAN DESA SUMBER
Pelaku Riwayat.
- Nyai Sarinten
- Kyai Suto Bambang (Kyai Depok)
Dengan terselesainya pembangunan pedesaan Wonotunggal, Nyai Sarinten dan Kyai Suto melanjutkan rencana membangun pedesaan di dekat saluran Embo Merto yang sebelumnya telah di temukan sumber mata air bersih. Singkat riwayat, pembangunan pedesaan dan persawahan telah selesai untuk mengembangkan usahanya,
Kedua orang tersebut menuju arah timur dan berjalan naik turun gunung yang berliku-liku, setelah sampai ditempat dataran dan diketahui terdapat beberapa sumber air bersih, dari hasil penyeledikan daerah yang terdapat beberapa sumber air bersih, semakin menambah semangat membangun, dan berangkatlah mereka untuk memindahkan warganya yang berada di dekat sungai Embo Merto ke tempat yang akan dibangun.
Kemudian pekerjaan dimulai dari arah barat menuju ketimur, setelah selesai, pengembangan pembangunannya diarahkan ke arah selatan. Dan pada suatu saat Nyai Sarinten bersama Kyai Suto Båmbang bertemu dengan Kyai Gagang Aking dan kebetulan sama-sama membangun pedesaan dari arah selatan dan disitulah terjadi persengketaan perebutan tempat yang akhirnya terjadi perkelahian yang sangat sengit dan tidak ada Yang kalah, dan Keesokan harinya terjadilah perkelahian lagi,
pada suatu saat perkelahuian terhenti karena Nyai Sarinten akan mengerjakan Sholat di dekat Sungai Kupang, dan pada saat itulah Kyai Gagang Aking menggunakan kesempatan untuk menggoda/mengganggu Nyai Sarinten diwaktu Sholat dengan menggunakan kesaktian dan keahlianya yaitu menciptakan ular Yang sangat besar untuk mengganggu Nyai Sarinten. Namun gangguan tersebut tidak di gubris (diabaikan) saja karena ular itu tidak dapat menyentuh badan Nyai Sarinten. Setelah mengerjakan Sholat timbul amarah Nyai Sarinten,
akhirnya dengan cepat Nyai Srinten menghunus pedang dan dipenggallah kepala ular yang besar itu, bahkan menjadi tiga bagian dan bangkainya dibuwang, ekornya dibuwang ke arah timur sampai diperkampungan Kyai Gagang Aking dan kepalanya masih berada ditempat, sedangkan badannya dilemparkan ke barat tepatnya di Kali Kupang yaitu melintang di tengah sungai yang akhirnya menjadi kedung, kemudian kedung tersebut dinamakan kedung malang. Kemarahan keduanya semakin memuncak dan terjadilah perkelahian kembali. Di tengah-tengah perkelahian datanglah Mbah Kyai Nompo Boyo beserta Kyai Singo Ranu yang akhirnya perkelahian dihentikan dan didamaikan, kemudian diadakan sayembara tarik tambang, bagi yang kalah lidak boleh melanjutkan rencana membangun perkampungan, namun karena keduanya sama-sama sakti, maka tidak ada yang kalah maupun menang. Kemudian duputuskan tali tambang itu dan dianggap sebagai batas antara daerah kedung malang dan Desa Sumber dan sampai 'sekarang tetap bersahabat.
Kemudian Nyai Sarinten dan Kyai Suto Bambang memindahkan perkampungan penduduk untuk mencukupi kebutuhan pangan, mereka berusaha menambah area membuka hutan Congrah yang selanjutnya sampai sekarang disebut Desa Sumber Cokrah.
- Desa Wonosari
- Desa Wonotunggal
- Desa Siwunut
- Desa Tegalsari
- Desa Sumber.
Komentar
Posting Komentar